The Office Dilemma: Rethinking Focus in the Modern Workspace

The Office Dilemma: Rethinking Focus in the Modern Workspace

Niklas Larsen, CEO dari MER Arkitekter, membagikan temuan dari survei terbaru mereka yang menyoroti tantangan utama di kantor masa kini: sulitnya menemukan ruang untuk fokus. Dalam survei yang melibatkan lebih dari 1.000 pekerja di Swedia, banyak yang mengeluhkan kurangnya area kerja tenang sebagai hambatan terbesar dalam produktivitas mereka. Terutama bagi generasi muda di bawah usia 35 tahun, kebutuhan akan ruang yang mendukung konsentrasi menjadi semakin penting, seiring dengan meningkatnya kebiasaan bekerja hybrid dan jumlah panggilan video yang tinggi di lingkungan kantor terbuka.

Menurut Niklas, perubahan besar dalam cara orang bekerja pasca-pandemi telah memunculkan kesadaran baru tentang apa yang sebenarnya dibutuhkan dari sebuah kantor. “Bekerja di kantor sekarang bukan sesuatu yang dianggap pasti—orang lebih sadar apakah pengalaman di kantor benar-benar bernilai,” ujarnya. Maka dari itu, sudah saatnya kita mendefinisikan ulang fungsi kantor, dengan memberikan ruang yang seimbang antara kerja fokus, kolaborasi, dan waktu rehat, demi menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif bagi semua.

Sebuah survei terbaru dari firma arsitektur MER Arkitekter yang berbasis di Stockholm mengungkap tantangan yang semakin besar dalam menjaga fokus di lingkungan kantor saat ini. Dari lebih dari 1.000 pekerja kantoran yang disurvei di seluruh Swedia, 25% menyebut kurangnya ruang kerja yang tenang dan fokus sebagai masalah utama di tempat kerja. Masalah lain yang juga banyak dikeluhkan meliputi lingkungan kerja yang kurang mendukung (23%), kekurangan ruang kerja (18%), serta minimnya area sosial dan relaksasi (14%).

Menariknya, tantangan ini lebih terasa di kalangan pekerja muda yang tinggal di daerah perkotaan. Di kelompok usia di bawah 35 tahun, keluhan tentang kurangnya ruang kerja fokus meningkat menjadi 31%, dan melonjak hingga 42% di antara mereka yang tinggal di ibu kota, Stockholm.

Niklas Larsen, CEO MER Arkitekter, melihat hasil ini sebagai cerminan perubahan cara pandang terhadap kantor: “Pandemi membuat banyak orang mulai mengevaluasi ulang fungsi kantor. Kehadiran di kantor tidak lagi dianggap sebagai hal yang otomatis, sehingga saat kantor tidak memberikan pengalaman yang bermakna, orang jadi lebih sadar. Ada kesenjangan yang semakin besar antara asumsi manajemen dan kebutuhan nyata karyawan — dan ini adalah hal yang perlu segera diatasi.”

Studi dari MER Arkitekter menunjukkan bahwa kurangnya ruang untuk bekerja dengan tenang dan fokus menjadi perhatian utama di kantor — terutama dirasakan oleh mereka yang berusia di bawah 35 tahun.

Pengalaman bersama bekerja dari rumah telah mengubah cara orang bekerja. Kenyamanan memiliki ruang kerja yang tenang di rumah membuat banyak orang kini kesulitan untuk berkonsentrasi di ruang kerja kantor berkonsep terbuka—yang justru menjadi jenis ruang kerja paling umum di kantor tradisional. Hal ini semakin diperburuk oleh meningkatnya jumlah panggilan video (terutama dengan rekan yang bekerja jarak jauh), membuat suasana kantor terasa jauh lebih bising.

Secara umum, pekerja muda cenderung belum memiliki sumber daya (baik dari segi finansial maupun ruang) untuk menciptakan ruang kerja rumahan yang ideal dalam jangka panjang. Ini menjelaskan mengapa mereka yang berusia di bawah 35 tahun ingin kembali ke kantor untuk fokus bekerja, namun justru merasa kesulitan. Hal ini semakin relevan di kota-kota besar seperti Stockholm, di mana ukuran rumah umumnya lebih kecil.

Menurut MER Arkitekter, solusi terbaik adalah agar perusahaan benar-benar memahami apa yang dibutuhkan karyawannya dari kantor. Perkembangan kerja hybrid yang pesat tidak seharusnya menghilangkan ruang-ruang kerja fokus di kantor, tetapi mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang seperti apa seharusnya kantor agar potensi ruang tersebut bisa dimaksimalkan.

Niklas mengatakan, “Banyak klien kami ingin menciptakan ruang kantor yang mendorong kolaborasi. Tapi saat kami berbicara langsung dengan para karyawan, justru kekurangan ruang fokus di kantor membuat mereka stres, hingga mereka kehilangan waktu untuk berkolaborasi secara bermakna. Survei terbaru kami juga menunjukkan bahwa perasaan ini dirasakan secara berbeda tergantung pada usia, lokasi, gender, dan industri tempat mereka bekerja—menunjukkan bahwa setiap kantor memiliki kebutuhannya masing-masing.”

IN FRAME: HÅG CAPISCO 8106
IN FRAME: HÅG CAPISCO PULS 8020

MER Arkitekter mengerjakan sekitar 300 proyek ruang setiap tahunnya, dengan sekitar 75% di antaranya merupakan proyek kantor—memberikan mereka wawasan mendalam mengenai kebutuhan ruang kerja masa kini. Banyak proyek terbaru mereka dirancang berdasarkan kebutuhan klien akan ruang kerja yang lebih beragam, untuk mendukung cara kerja yang terus berkembang.

Salah satu contohnya adalah kantor baru untuk Clear Channel di Stockholm. Proyek ini bertujuan menciptakan ruang kerja yang lebih beragam, sehat, dan menarik, sekaligus mendukung sistem kerja hybrid dengan lebih baik. Tanpa pindah lokasi dan dengan memanfaatkan sekitar 60% interior lama, mereka merancang ulang lanskap kantor untuk memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi, termasuk area khusus kolaborasi dan, yang tak kalah penting, ruang untuk kerja fokus.

Niklas mengatakan, “Hal menarik dari proyek ini adalah tingkat kepuasan karyawan terhadap kantor meningkat dua kali lipat setelah kami terlibat. Hal ini dicapai tanpa pindah tempat, tanpa renovasi besar-besaran, dan dengan sebagian besar menggunakan interior yang sudah ada. Jadi ini bukan soal melakukan banyak hal, tapi memahami kebutuhan bisnis dan karyawan, lalu melakukan sedikit namun berdampak besar.”

Project Gallery

Take a closer look through more images from this project to see how every detail comes together. From layout to final touches, explore how each element enhances the space and brings the vision to life!

Facebook
LinkedIn
WhatsApp
Threads
X

Highlighted Products

Other Post